Dompu NTB - bongkarfakta.com ~ Aroma ketegangan mengisi ruang Sekcam Dompu pada Rabu pagi tang86/11/2024 sekitar Pukul 10;30 Wita, saat puluhan warga Desa Karamabura berkumpul untuk memperjuangkan hak tanah mereka. Di tengah panasnya isu tapal batas, Polsek Dompu dan Camat Dompu menjadi tumpuan harapan terakhir masyarakat untuk meredakan konflik yang semakin memanas dengan Desa Saneo dan Serakapi.
Wajah-wajah penuh harap namun tegang terlihat ketika Camat Dompu, Iksan, memulai pembicaraan. Dengan suara lantang namun penuh kehati-hatian, ia mengucapkan terima kasih atas kesabaran masyarakat yang bersedia hadir, meski hati mereka terusik oleh sengketa panjang ini. “Kami dari pihak kecamatan berjanji akan menuntaskan permasalahan ini. Kami segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk Polsek Woja dan Camat Woja,” ujarnya tegas, sambil meminta masyarakat Karamabura untuk menahan diri agar situasi tidak semakin genting.
Kapolsek Dompu, IPDA Ade Helmi, berdiri mendampingi Camat Dompu, dengan ketegasan yang tercermin di sorot matanya. Ia menekankan bahwa pihak kepolisian akan mengawal kasus ini dan memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat. “Jangan mudah terpancing oleh isu-isu liar. Kami akan memfasilitasi pertemuan berikutnya secepatnya demi kedamaian di wilayah kita,” katanya, menyusul beberapa anggukan setuju dari warga yang mulai merasa tenang meski konflik terasa masih jauh dari selesai.
Puncak ketegangan terjadi saat Kepala Desa Karamabura, Jaharuddin, menyuarakan pandangan masyarakatnya bahwa So Ruhu Wau adalah lahan adat Karamabura. Suaranya bergetar, mencerminkan kepedihan dan amarah warga yang merasa wilayah mereka dirongrong oleh desa tetangga. Di sisi lain, perwakilan masyarakat pun menyampaikan kronologi yang mereka yakini sebagai awal mula sengketa. “Lahan ini milik kami, tapi kini malah kami yang dikatakan melanggar,” ucapnya, dengan nada yang penuh kekecewaan.
Suasana semakin mengharukan ketika perwakilan masyarakat memohon kepada pemerintah untuk mengakhiri konflik yang telah membara sejak 2018. Dengan suara berat, ia mengatakan, “Jika So Ruhu Wau harus dibagi, kami terima, asalkan ada kejelasan. Kami hanya ingin keadilan dan kedamaian.”
Pada akhirnya, pertemuan yang berlangsung hampir dua jam itu diakhiri dengan janji dari Camat Dompu untuk segera mengundang pihak-pihak terkait guna membahas kelanjutan konflik ini. Meskipun belum ada keputusan final, suasana terasa lebih tenang saat pertemuan usai pada pukul 11.40 WITA, berkat pengamanan ketat dari anggota Polsek Dompu yang memastikan situasi tetap terkendali.( Om jeks )