Dompu, NTB – bongkarfakta.com ~ Di sebuah rumah kecil dan sederhana di Dusun Pali, Desa Kwangko, hidup seorang nenek yang telah renta. Namanya Hadiah. Tak banyak suara terdengar di rumahnya, hanya desir angin dan detak waktu yang mengalir pelan. Di usia senjanya, ia tinggal sendiri, bergelut dengan keterbatasan hidup tanpa banyak yang tahu.
Namun pagi itu, langit tampak sedikit lebih cerah dari biasanya. Seorang sosok berbaju coklat, lengkap dengan senyum yang tulus, datang mengetuk pintu rumah Nenek Hadiah. Dialah BRIPKA SAHRI RD, Bhabinkamtibmas Desa Kwangko yang membawa lebih dari sekadar tugas—ia membawa harapan dan cinta kemanusiaan.
Dalam kunjungannya, BRIPKA SAHRI memberikan sejumlah bantuan berupa beras, minyak goreng, dan telur. Bagi sebagian orang, mungkin ini bukan hal besar. Tapi bagi seorang nenek yang hidup sendiri tanpa kepastian hari esok, bantuan itu adalah pelipur lara. Air mata menetes di pipi keriput Nenek Hadiah saat menerima bingkisan itu. “Terima kasih nak...,” ucapnya lirih, suara yang nyaris tenggelam oleh rasa haru.
Tak hanya memberikan bantuan, BRIPKA SAHRI juga menyampaikan imbauan agar masyarakat tetap menjaga kerukunan, tidak mudah terprovokasi isu yang memecah belah, dan turut mendukung Ketahanan Pangan Nasional dengan memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk bercocok tanam. Ini adalah bagian dari mimpi besar menuju Indonesia Emas 2025—di mana tak satu pun rakyatnya dibiarkan berjalan sendiri dalam kesulitan.
Kapolsek Manggelewa IPDA Yadhulul Muslihin, melalui Kasi Humas Polres Dompu AKP Zuharis, SH, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bentuk kehadiran Polri di tengah-tengah masyarakat, bukan hanya sebagai penegak hukum, tapi juga sebagai sahabat, keluarga, dan pelindung yang setia.
“Setiap tetes air mata yang kami temui di lapangan adalah pengingat bagi kami, bahwa tugas kami tak hanya menjaga keamanan, tapi juga menyalakan cahaya harapan bagi mereka yang mulai meredup,” ujar AKP Zuharis haru.
Dengan langkah ringan namun penuh makna, BRIPKA SAHRI pamit dari rumah kecil itu. Namun jejaknya tertinggal, bukan di tanah, tapi di hati seorang nenek yang hari itu merasa tidak sendiri.( Om Jeks )